Belum Ke Banda Aceh Jika Belum Mengunjungi 5 Tempat Ini
aceh.my.id - Banda Aceh, yaa kota yang merupakan Ibu Kota Provinsi Aceh yang letak posisinya berada paling ujung barat Indonesia
yaitu Provinsi Aceh. Menurut sejarahnya, Kota ini tercatat sebagai pusat
perdagangan, pendidikan serta kepemerintahan sejak masa lalu, dan kota ini juga
sebagai kota transit pelayaran internasional. Anda yang berniat liburan
ke Banda Aceh atau hanya sekedar untuk mengunjungi keluarga , rasanya kurang
lengkap ke Banda Aceh jika belum mengunjungi 5 Objek wisata Berikut
ini.
1.Mesjid Raya Baiturrahman
1.Mesjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman (Sumber) |
Mesjid yang terletak di jantung kota Banda Aceh ini tentu tak
asing lagi di kalangan penikmat jalan-jalan. Lokasinya tepat di tengah kota
dengan menara yang menjulang megah saat kita nikmati dari sisi Jembatan Pante
Pirak, Simpang Lima.
Mesjid Raya yang kadang disingkat dengan sebutan manis ‘Mesra
Baiturrahman’ ini memiliki 7 kubah. Sebagian literatur mencatat bahwa mesjid
ini dibangun pada tahun 1612 M, di masa kesultanan Iskandar Muda. Pernah
dibakar oleh tentara Belanda pada tahun 1873 M, dan dibangun kembali di lokasi
yang sama setelah enam tahun kemudian (1879 M). Wah, sudah sangat tua!
Berkunjung ke Mesjid Raya Baiturrahman tidak hanya memberikan
kedamaian bagi teman-teman muslim yang ingin beribadah, tetapi juga menyajikan
keindahan arsitektur yang menyegarkan mata. Dibangun dengan arsitektur bercorak
eklektik yang rancangannya dilakukan oleh seorang kapten zeni angkatan darat
Belanda, de Bruijin. Tak salah jika mesjid ini termasuk salah satu mesjid terindah
di Asia Tenggara.
Sekarang masjid ini dalam proses renovasi di halaman depannya.
Jika sudah selesai berkunjung ke Masjid ini lbertambah menarik lagi
karena anda akan merasa seperti berada di Masjid Madinah, Mekkah
Sketsa Renovasi Masjid Raya Baiturrahman (Sumber) |
2.Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh (Sumber) |
Museum Tsunami Aceh merupakan objek wisata Banda Aceh sekaligus sebagai tempat
evakuasi bencana untuk masyarakat di anda Aceh yang terletak di Jalan Iskandar
Muda. Museum ini dibangun untuk mengingat dan mengenang kembali peristiwa
bencana alam tsunami yang terjadi di Aceh dan tempat ini juga dijadikan sebagai
pusat studi gempa dan tsunami. Bangunan museum ini dibangun diatas luas lebih
kurang 2500 meter persegi.
Museum ini dirancang oleh arsitek Sekaligus Walikota Bandung
bapak Ridwan Kamil. Museum ini merupakan sebuah
struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi
relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap
di antara dua dinding air yang tinggi untuk menciptakan kembali suasana
dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang
menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan
kepercayaan religius suku Aceh.
Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya
dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan
tsunami. Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan
di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat
dari bencana ini. Letak Museum ini tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman,
sekitar 300 m dari masjid Raya Baiturrahman.
3.Vihara Dharma Bhakti
Vihara Dharma Bhakti (Sumber) |
Bangunan ini menjadi saksi nyata betapa komitmen
melaksanakan syariat Islam di Banda Aceh bukanlah ancaman bagi masyarakat non
muslim adalah keberadaan vihara (kelenteng), tempat ibadah etnis Tionghoa yang
beragama Budha. Terdapat 4 vihara di Banda Aceh di seputaran Peunayong: Vihara
Sakyamuni, Vihara Dewi Samudera, Vihara Maitri dan Vihara Dharma Bhakti.
Keempat vihara tersebut memiliki aliran yang berbeda-beda tetapi tetap berada
di bawah naungan Budhayana.
Vihara Dharma Bhakti merupakan kelenteng tertua dan terbesar di
Banda Aceh. Berlokasi di Jalan Teuku Panglima Polem Nomor 70, Peunayong, yang
merupakan pusat perdagangan dan dikenal sebagai Kampung Cina-nya Banda Aceh.
Dharma Bhakti dibangun tahun 1936 M dengan nama Ta Pek Kong, salah satu dewa
yang namanya juga tertulis di kuningan wadah dupa dalam vihara ini. Ketika itu
bentuknya masih berupa rumah kayu beratap seng. Setelah tahun 1960 M, dibangun
dengan bahan beton oleh mendiang China Ho Kian bernama Fung Chung Min.
Vihara ini terlihat menyolok diantara barisan pertokoan lainnya.
Dikelilingi oleh pagar tembok berwarna putih dengan pintu merah pekat. Lampion
merah khas etnis tionghoa bergantungan, tetap dapat dilihat meski pagar vihara
tertutup. Replika dua naga yang dipisahkan oleh bola api terdapat di atap
bagian depan vihara. Ada tujuh lampu penerangan di vihara ini. Lima di altar
utama, satu di altar Dewa Tanah yang terdapat di sudut kiri ruangan dalam, dan
satu lagi di altar luar. Dalam Vihara ini terdapat sebelas dewa yang diletakkan
dalam bingkai kaca. Salah satunya adalah patung Dewa Se Mien Fo yang memiliki
wajah empat penjuru mata angin yang akan kita jumpai begitu memasuki gerbang
vihara. Umat yang datang ke vihara ini akan berdoa sesuai keyakinan terhadap
dewanya masing-masing.
Berkunjung ke Vihara ini kurang lengkap tanpa bertemu dengan
Herman, ketua Vihara yang akan menuturkan sejarah vihara dan siap melayani
pertanyaan apa pun tentang cikal-bakal pertautan etnis Tionghoa dengan Aceh.
Vihara dibuka setiap hari, dari pukul 6 pagi sampai pukul 6 sore. Tetapi jika
ingin bertemu dengan Ketua Vihara, teman-teman sebaiknya datang sore hari. Jika
Vihara telah ditutup, Herman dapat dijumpai di belakang Vihara.
4.Kapal Apung Lampulo
Kapal Apung Lampulo (Sumber) |
Kapal Apung Lampulo merupakan destinasi wisata menarik yang dapat
Anda kunjungi. Destinasi wisata bersejarah ini merupakan kenangan musibah besar
yang melanda masyarakat Aceh yaitu Tsunami. Karena musibah yang terjadi saat
itu, kapal apung ini terdampar di perumahan penduduk. Sejak saat itu kapal
apung ini memiliki keunikan tersendiri dan akhirnya dijadikan sebagai obyek
wisata bagi masyarakat Aceh. Kapal ini sekarang terletak di Kecamatan Kuta
Alam, tepatnya yaitu di kawasan Gampong Lampulo.
Kapal Apung Lampulo sendiri terletak di sekitar pelabuhan perikanan, tidak terlalu jauh yaitu sekitar 1 km saja dari dermaga. Bagi para pengunjung yang ingin berkunjung ke kapal apung ini dapat menggunakan becak ataupun kendaraan pribadi.
5. Kapal PLTD Apung
Kapal PLTD Apung |
Kapal Apung ini memang sudah berpindah fungsi dari Pembangkit
Listrik menjadi Objek Wisata Aceh. Mesin pembangkit listrik yang
kekuatan dayanya mencapai 10,5 Megawatt, dahulunya berada didalam kapal, tetapi
sekarang sudah dipindahkan pada Tahun 2010. Saat ini, Kapal Apung tersebut
berada di bawah pengelolaan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kapal berbobot 2.600 ton ini sebelumnya berada di laut yang
jauhnya sekitar 5 Kilo Meter dari tempat berdirinya sekarang (Punge Blang Cut,
Jaya Baru, Kota Banda Aceh). Pada tahun 2004, kapal ini terseret 4-5 km ke
daratan akibat gempa
bumi dan gelombang tsunami setinggi 9
meter.
Kapal ini diberikan kepada pemerintah Aceh saat konflik antara
pemerintah dan GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) berlangsung. Pada tahun 2012-2013, kapal direnovasi. Para
pengunjung bisa naik ke atas kapal dan saat ini area sekitarnya sudah
dilengkapi 2 menara, sebuah monumen, jalan setapak, dan air mancur.
Gimana anda tertarikkan untuk mengunjungi Objek Wisata Banda Aceh di Atas ? Oh
yaa, selain 5 Objek wisata di atas juga banyak objek wisata lainnya yang tidak
kalah seru, sayangnya tidak kami publish disini.[Areev]
Sumber :
1. http://rizarahmi.com/7-wisata-religi-yang-harus-dikunjungi-di-kota-madani/
1. http://rizarahmi.com/7-wisata-religi-yang-harus-dikunjungi-di-kota-madani/
2. http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/10/destinasi-wisata-kota-banda-aceh.html?m=0
wikipedia
wikipedia
Leave a Comment